Memilih Pemimpin yang Berintegritas Moral
Oleh Paul Soetopo
Surat Gembala Kantor Waligereja Indonesia (KWI) menyongsong Pilpres 9 Juli 2014 menegaskan kepada umat agar memilih sosok Calon Presiden yang memiliki Integritas moral. Pemimpin yang mempunyai watak pemimpin yang melayani dan memperjuangkan nilai2 hidup bersama sebagai bangsa sesuai dengan Ajaran Sosial Gereja (ASG)…
Indonesia ke depan menghadapi tantangan berat dan multi komplek di berbagai bidang ekonomi, politik, sosial, budaya, pendidikan dan agama. Proses globalisasi semakin mendalam, didukung oleh kemajuan teknologi informasi, komunikasi dan transaksi. Dunia semakin menyatu – dan Indonesia menjadi bagian-nya – akibatnya juga semakin tidak menentu, tidak aman, dan semakin sering mengalami krisis. Interaksi instan antara dalam dan dunia internasional terjadi dengan segala dampak positif dan negatifnya. Kesempatan berkembang bagus tetapi risiko krisis ekonomi dan kerusakan moral juga besar.
Masalah dalam negeri tidak lebih ringan. Banyak yang positif seperti kondisi ekonomi makro yang relatif menggembirakan, tetapi masih sangat rawan dan meninggalkan banyak masalah. Masalah utama adalah korupsi yang semakin parah dan berjemaah. Menteri Agama – yang juga Ketua Umum PPP – telah dinyatakan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi sebagai tersangka. Sebelumnya Presiden PKS sudah dinyatakan bersalah melakukan korupsi, sekarang Ketua Umum Partai Demokrat dan seorang Menteri yang berasal dari partai yang sama sedang diadili karena perkara korupsi. Yang paling memprihatinkan adalah Ketua Mahkamah Konstitusi diadili karena menerima suap besar dalam menyelesaikan perkara perselisihan Pilkada. Terlihat jelas berbagai kasus korupsi dilakukan berjemaah yang melibatkan penguasa, pengusaha, anggota DPR dan penegak hukum.
Sederetan masalah lainnya juga menghadang yaitu kekerasan yang semakin marak - baik yang berlatar belakang agama atau tidak - kesenjangan yang semakin melebar antara kaya dan miskin, tindak ketidak-adilan yang semakin nyata dan terbuka, di samping masih banyaknya orang miskin, cacat, dan menderita. Masih banyak pemimpin yang tidak jujur, tidak adil, dan rakus (greed). Lebih mementingkan kesejahteraan pribadi atau kelompoknya daripada kepentingan umum. Kesejahteraan rakyat hanya impian dan janji2. Itulah sebagian masalah besar yang akan dihadapi oleh Presiden yang akan dilatik tanggal 20 Oktober tahun ini.
Penyebab utama berbagai masalah di atas adalah rendahnya moralitas pemimpin, baik personal maupun sosial. Oleh karena itu untuk menyelamatkan Indonesia diperlukan Presiden yang mempunyai INTEGRITAS MORAL yang mencerminkan satunya kata dan perbuatan serta hidup yang dipenuhi oleh penghormatan atas PRINSIP dan NILAI-nilai moral, etika dan hukum. Indonesia memerlukan Pemimpin yang jujur (honest), adil (just) dan benar (truth) dalam kata, perbuatan dan hidupnya. Pemimpin yang berani bertindak (act) bukan yang hanya berwacana menjaga pencitraan.
Integritas moral lebih luas dari sekedar kejujuran. Pencuri yang mengakui perbuatannya di depan polisi dinilai jujur (honest) tetapi tetap SALAH secara moral (dan hukum). Kita pilih Presiden yang mempunyai hati nurani dan berjuang untuk untuk kepentingan rakyat…yang punya Integritas Moral.
*Penulis adalah Ketua Gaudium et Spes Community (GSC)